PEREMPUAN DAN TERORISME
PEREMPUAN DAN TERORISME
(Eyrah)
Ketua Kohati Cabang Balikpapan
Kasus Terorisme yang dilakukan oleh seorang perempuan baru-baru ini bukan kali pertama fenomena perempuan dalam jaringan terorisme di Indonesia. Ika
Puspitasari alias Salsabila ditangkap di Purworejo karena diduga terlibat
tindak pidana terorisme. Mungkin masih ingat ketika Jumiatun Muslim alias Umi Delima, istri Santoso, ditangkap di Desa Tambarana,
Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Said Aqil
Siradj, Kompas, 6/01/2017).
Aksi Terorisme yang telah melanda Indonesia, kembali
menguncang Indonesia terlebih salah satu pelaku adalah seorang perempuan, sekaligus
Ibu yang merupakan perempuan pertama dalam sejarah Indonesia perempuan menjadi
pelaku aksi bom bunuh diri, dan lebih mengejutkan lagi melibatkan anak-anaknya
dalam aksi bom bunuh diri tersebut.
Melihat fakta-fakta tersebut, tentu keterlibatan
perempuan dalam panggung kekerasan terorisme bukanlah hal baru. Banyak peran
yang dimainkan perempuan dalam jaringan terorisme. R. Kim Cragin and Sara A. Daly dalam Women as Terrorists: Mothers,
Recruiters and Martyrs menjelaskan keterlibatan perempuan dalam aktifitas
terorisme tidak hanya sebagai pendukung tetapi juga mempunyai peran penting
sebagai aktor dan pemimpin operasi, bahkan pelaku bom bunuh diri. Banyak peran
yang dilakukan perempuan dalam jaringan terorisme dari sekedar menyiapkan
logistik, perekrut, tim propaganda, hingga martir. (https://jalandamai.org/perempuan-dan-terorisme.html)
Banyak aspek yang membuat seorang perempuan atau ibu
melakukan aksi radikalisme, yaitu Ada kontruksi didalam masyarakat “bahwa perempuan tidak akan terlibat dalam
hal bom bunuh diri” hal ini kemudian menjadikan perempuan sebagai aktor
dalam aksi radikalisme. Aktualisasi diri sebagai perempuan dapat dinilai
sebagai penguatan tindakan yang dilakukan oleh perempuan. Seorang perempuan
akan melakukan aksi bom bunuh diri sebagai salah satu bentuk aktualisasi bahwa
perempuan mampu mengambil perannya. Seperti yang dikatan (Adriana Venny selaku
Komisioner Komnas Perempuan) “Keterlibatan perempuan dalam terorisme tidak bisa
dilepaskan dari relasi dan hirarki gender yang timpang, serta doktrin kepatuhan
yang melemahkan posisi tawar perempuan”.
Selain itu, ditambah lagi petugas keamanan perempuan ditempat-tempat
umum masilah minim dengan itu perempuan menjalani proses pemeriksaan tidak lebih
ketat dari pada laki-laki saat berhadapan dengan petugas keamanan. Ataupun adanya bentuk ketaatan dari seorang istri
terhadap suaminya yaitu Sami’na wa atho’na (Kami Dengar dan Kami Taat).
Perempuan adalah tiang dalam sebuah rumah tangga, bahkan
menjadi benteng dari segala bentuk provokasi ataupun doktrin. Jika seorang
perempuan atau Ibu yang telah mengalami ideologi radikalisasi dalam rumah
tangga maka akan sangat mudah untuk melibatkan anak-anaknya dan suaminya. Karena
itu peran seorang Ibu didalam rumah tangga sangat penting.
Ilusi yang ditawarkan yang akan mempengaruhi seseorang
untuk mau melakukan gerakan radikalisme, bukan hanya orang dewasa, anak-anak
sangat rentan terpapar gerakan radikalisme. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan
mengamati tingkah laku anak. Tugas seorang Ibu sangatlah berperan besar dalam
menangkal segala macam bentuk radikalisme.
Akhirnya Aksi Bom Bunuh Diri berhasil kembali membuat masyarakat
trauma dan menaruh rasa curiga. Kini pelan-pelan masyarakat mulai mewaspadai
setiap perempuan yang bercadar, bahkan ditempat-tempat umum. Acapkali perempuan
mengalami perlakuan yang kurang tepat, salah satunya yaitu pemeriksaan terhadap
perempuan bercadar yang dilakukan oleh petugas keamanan laki-laki. Tentu saja
hal ini bukanlah suatu kenyamanan bagi seorang perempuan apa lagi notabenenya
mereka yang bercadar. Tentunya untuk kemananan bersama diperlukan kenyamanan
bersama untuk itu diperlukan peran pemerintah untuk dapat menghimbau
tempat-tempat umum agar menyediakan petugas keamanan perempuan. Dan penyadaran
terhadap melawan radikalisme bukan pakainnya yaitu dengan salah satu bentuk
konsistensi Wadah Perempuan melakukan gerakan-gerakan konkret dan
diaktualisasikan dengan bersentuhan langsung terhadap masyarakat. Walau bagaimanapun
kejadian aksi teror bom yang dilakukan seorang Ibu dengan membawa anak-anaknya
sangat menguncang dan tidak mungkin akan mengubah stigma masyarakat yang sebelumnya
“ketidak mungkinannya perempuan untuk
melakukan aksi bom bunuh diri”, dalam hal ini perempuan-perempuan
bercadarpun mengalami guncangan yang hebat untuk hadir ditempat-tempat umum.
Adapun gerakan yang dapat dilakukan untuk melawan
radikalisme yaitu:
- Diperlukan kesadaran kritis dalam melihat sesuatu, penting dalam kehidupan untuk bersosialisasi dan tidak tertutup pada lingkungan sekitar, dan menanamkan sikap toleransi dimulai pada diri sendiri. khususnya bagi seorang Ibu untuk mengajarkan sikap toleransi kepada anak. Pendekatan seorang Ibu terhadap anak akan sangat membantu sang anak untuk dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran saat sesuatu terjadi padanya.
- Membangun keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah akan membentengi segala bentuk radikalisme.
- Aktivis perempuan diberbagai organisasi kemahasiswaan maupun kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan dapat melakukan pengaktifkan forum-forum diskusi dengan perempuan lainnya. Bahkan menyentuh Ibu-Ibu pengajian dalam hal melakukan edukasi untuk menangkal segala macam bentuk Radikalisme.
- Mencari tahu lebih dahulu segala bentuk ajakan yang mencurigakan. Usahakan untuk melakukan komunikasi kepada orang-orang terdekat.
Mulai dari saat ini, hendaknya kita semua meningkatkan kewaspadaan. Aksi
teror tersebut bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja.
Barangkali tak pernah sedikit pun terbersit dalam pikiran kita bahwa mereka
para pelaku teror adalah satu keluarga.
Kohati Cabang Balikpapan, juga mendukung aparat keamanan untuk mengusut
aksi-aksi terorisme secara tuntas, mencegah keberulangan dengan meningkatkan
kecermatan kinerja Badan Intelejen Nasional (BIN) dan menciptakan rasa aman di
masyarakat dengan berpedoman pada prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia. Untuk itu
kami sangat berharap peran negara dalam hal melindungi masyarakat khusunya
perempuan dan anak dari kejahatan terorisme.
#LAWANRADIKALISME #BERCADARBUKANTERORISME
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan saran & kritik anda :)