SUKSES ORGANISASI SUKSES KULIAH
(Karya Eyrah)
PENTINGKAH
BERORGANISASI?
Saat memasuki kuliah, mahasiswa pada
umumnya masih mencari jati diri. Seusai menjadi siswa, dihadapkan dengan
kondisi kampus dan makna mahasiswa itu sendiri. Tak jarang beberapa mahasiswa
baru atau yang kerap dikenal dengan panggilan Maba, sejak awal perkuliahan
telah memahami makna mahasiswa, atau hanya sekedar mengetahui.
Sebelum ditetapkan sebagai mahasiswa,
biasanya kampus mengadakan ospek atau sejenisnya. Saat ospek, calon mahasiswa
akan dikenalkan berbagai organisasi internal. Organisasi memperkenalkan profil
dan retorika bahasa yang digunakan pun mampu membuat sebagian calon maba
tertarik. Bahkan tak jarang beberapa organisasi menjelaskan apa itu Mahasiswa,
singkatnya yang dapat dipanggil mahasiswa yang berkuliah di perguruan tinggi
dan terdaftar sebagai mahasiswa, mahasiswa terbagi dua kata yaitu maha itu
tinggi dan siswa itu pelajar. Artinya mahasiswa memiliki kedudukan lebih tinggi
karena itu dipanggil maha. Tugas yang cukup berat yang harus dipikul oleh
seorang mahasiswa jika dikaitkan dengan arti mahasiswa itu sendiri, dan peran
sebagai mahasiswa yaitu agen of chage,
agen of social control, iron stock.
Disini peran organisasi, membantu
mahasiswa untuk menjalankan perannya sebagai mahasiswa. Ospek saja belum cukup
menarik simpati maba dalam berorganisasi, belum lagi kondisi hedonis yang
dihadapi. Hal ini semakin membuat mahasiswa organisatoris kesulitan merekrut
anggota baru. Kondisi siswa yang menghadapi transisi menuju mahasiswa sangat
baik untuk diarahkan, tetapi jika maba sejak awal perkuliahan lebih dihadapkan
dengan kondisi hedonis maka untuk keluar dari zona tersebut cukup sulit.
Menjadi mahasiswa sama halnya mencari
jati diri, tak jarang diantara mereka yang penasaran ataupun sibuk mencari tahu
pentingnya berorganisasi selama menjadi mahasiswa. Belum lagi mahasiswa yang
dihadapkan dengan dorongan orang tua untuk dapat menyelesaikan kuliah secara
tepat waktu dan hanya fokus dalam berkuliah. Menempuh DIII (Kurang lebih tiga
tahun) sedangkan S1 (Sarjana) menempuh pendidikan selama kurang lebih empat
tahun lamanya. Jika waktu tersebut hanya dimanfaatkan hanya untuk duduk
dibangku kuliah, betapa dapat dibayangkan rasa bosan yang mencekam dibenak
mahasiswa baru. Belum lagi rutinitas tugas-tugas yang cukup membosankan. Untuk itu,
untuk dapat memfilter rasa kegelisahan yang ada tak jarang dari mahasiswa melarikan hal tersebut kearah hedonis, organisasi ataupun memilih cuti dan
menghilang dari peradaban kampus. Jika dikalkulasikan kurang lebih selama 4
(empat) tahun, hal tepat apa yang harus dilakukan seorang pemuda selain
berkarya. Penting sekiranya untuk dapat mengerti rumus pertama menjadi
mahasiswa yaitu menyadari bahwa organisasi bukanlah tujuan melainkan alat untuk
mencapai tujuan dan kesuksesan. Tak jarang mahasiswa yang justru tak kunjung
beranjak dari kampus dan memilih menjadi mahasiswa abadi. Mengenai hal
tersebut, bukan organisasi yang salah melainkan oknum yang memilih pilihan
tersebut. Jika rumus pertama dapat di pahami, maka akan terbuka titik terang
bagi kawan-kawan maba untuk meyakini bahwa organisasi bukanlah penghambat
melainkan jembatan.
Berorganisasi adalah tempat belajar
kedua setelah didalam kelas, jika disiplin ilmu didalam kelas didapati secara
teoritis maka praktek dituangkan di organisasi. Organisasi tidak hanya
mengenalkan soal jaringan, kecakapan retorika, jenjang karir. Lebih dari pada
itu organisasi adalah tempat pendewasaan diri, karena saat berorganisasi tak
jarang kawan-kawan akan dihadapkan dengan orang-orang yang berbeda karakter dan
menghadapi masalah yang ada didalam organisasi. Olah rasa olah akal sangat
dibutuhkan, dengan demikian mental seorang organisatoris akan semakin matang jika
mampu melewati dengan bijak. Selama berorganisasi kawan-kawan pun akan merasa
nyaman berada dikampus dengan rutinitas yang berwarna. Tidak melulu soal datang
duduk dikelas dan pulang, lebih dari pada itu kawan-kawan selama berorganisasi
akan mendapatkan perjalanan petualang yang lebih menarik.
Organisasi mahasiswa terbagi dua, antara
lain; Organisasi Internal dan Eksternal. Organisasi internal adalah organisasi
yang sepenuhnya dibawah naungan kampus berseketariat di kampus (seperti BEM, MPM,
Himpunan dari fakultas) selain itu organisasi eksternal mahasiswa yaitu
organisasi mahasiswa yang tidak bersekretariat di kampus dan dibawah naungan
KNPI (seperti HMI, GMNI, PMII, GMKI, PMII, dst). Adapun mahasiswa baru yang
belum memahami mengenai perbedaan organisasi tersebut. Hal diatas adalah
alternatif paling mudah untuk membedakan antara organ mahasiswa internal dan
eksternal. Dan jelas basisnya masih dalam koridor mahasiswa.
Pentingnya berorganisasi saat berkuliah
adalah bekal untuk dapat beradaptasi dengan medan yang sebernarnya di dunia kerja.
Tak jarang beberapa perusahaan dan lapangan kerja lainnya yang menerima fresh
graduate yang memiliki pengalaman organisasi yang menunjang. Perbedaan yang
sangat signifikan dapat terlihat jelas antara mahasiswa berorganisasi dan yang
tidak. Hal-hal sederhana dalam membedakaannya yaitu cara berkomunikasi, hal-hal
prosedural, etika, pembawaan diri dan masih banyak lagi. Berorganisasi dapat
menjadi kesan yang manis bagi kawan-kawan yang benar-benar ingin belajar dan
berproses. Karena selama berorganisasi kita diajak untuk dapat berjuang demi
sesuatu yang lebih baik dan yang kita impikan.
ORGANISASI TETAP JALAN DAN IPK CUMLAUDE?
Mahasiswa organisatoris kerap dikaitkan
dengan lama lulus, nilai IPK pas-pasan. Walaupun ada yang seperti itu bukan
berarti sama sekali tak ada mahasiswa organisatoris yang mampu mendapatkan IPK
Cumlaude. Cap yang melekat sebagai mahasiswa abadi, bukan lagi menjadi
ketakutan jika menjadi aktivis. Karena sebenarnya kemampuan untuk menyelesaikan
kuliah, nilai bagus, semua adalah pilihan. Tak banyak mahasiswa yang memilih
enggan untuk berorganisasi selain melelahkan, menyibukkan dan membuat nilai
turun akibat terlalu banyak kegiatan. Apakah bisa seorang aktivis mahasiswa
yang sering pegang Toa, memegang amanah sebagai pengurus organisasi internal
maupun eksternal dapat meraih IPK Cumlaude?
Tentu saja, itu semua bisa. Lagi-lagi
adalah kembali kemasing-masing individu yang menjalaninya. Pastinya ada
beberapa hal yang harus dikorbankan akibat menjadi aktivis dalam kampus dan
luar kampus. Salah satu yang paling nyata yaitu waktu bersenang-senang, hal ini
menjadi cobaan yang berat bagi seorang aktivis. Jika teman-teman yang lain
sedang liburan sibuk upload perjalanannya keluar kota untuk menghabiskan masa
liburan, sedangkan nasib mahasiswa yang ingin berjuang mendapatkan IPK Cumlaude
dan organisasi tetap jalan harus tetap disibukkan dengan kegiatan-kegiatan
organisasi. (Untuk memperjuangkan Cita-Cita dan Kesuksesaan dibutuhkan kerja
keras yang tidak setengah-setengah karena itu tuntaskanlah). Banyak orang
sukses yang lahir dari rahim organisasi tak sedikit juga yang justru
terperosok. Pilihan hari ini akan menentukan nasib masa depan. Karena itu jika
kawan-kawan selama menjadi mahasiswa telah salah mengatur iktiar (usaha) maka
jalan kedepannya pun akan semakin sulit.
Mustahil rasanya seoarang aktivis yang
mampu menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu apalagi 3,5 tahun dan memperoleh
IPK Cumlaude. Mungkin terdengar asing tetapi bukan berarti belum pernah ada. Sejarah
tersebut dapat kawan-kawan torehkan. Karena kuliah dan organisasi berdampingan
bukan tumpang tindih atau membebankan, tinggal bagaimana lagi membangun konsep
berfikir. Jika kita selalu mengingat rumus awal berorganisasi (organisasi
bukanlah tujuan melainkan alat) maka untuk dapat lulus 3,5 tahun, IPK Cumlaude,
organisasi tetap jalan adalah sebuah kemungkinan yang dapat dijembatani oleh
organisasi, dengan berbekal semangat, pengalaman, ilmu, kemampuan, dan jaringan
akan diperoleh melalui organisasi.
MASIH TAKUT KULIAHNYA TERHAMBAT?
Kuliah adalah tanggung jawab kepada
orang tua. Walaupun biaya sendiri karena kuliah sambil kerja ataupun murni
biaya dari orang tua. Kewajiban kita menunaikan kebahagian kepada orang tua
dengan menghantarkan bapak ibu keacara wisuda. Anggap saja kau sedang
meringankan beban dan memberi senyum bagi orang tua. Hal apa lagi yang paling
ditunggu-tunggu dari orang tua selain melihat anaknya mampu menyelesaikan
pendidikannya. Untuk itu kuliah tetap menjadi prioritas pertama bagi mahasiswa.
Bukan berarti saat menjadi aktivis atau diamanahkan menjadi pengurus tak berani
ambil peran, karena ketakutan tak dapat amanah. Mental kawan-kawan akan ditempa
melalui ini, karena itu jangan pernah menolak proses pendewasaan diri. Rumus yang
kedua yaitu (manajemen waktu & skala prioritas). Manajemen waktu dan skala
prioritas adalah rumus untuk dapat mengemban tanggung jawab. Mahasiwa sudah harus
mulai berfikir terbuka untuk gambaran kedepannya seusai kuliah mau kearah mana
dan berbuat apa, untuk itu jangan membuang sia-sia waktu kawan-kawan hanya
untuk bersenang-senang. Kembali lagi jalan yang kawan-kawan pilih saat ini akan
menentukan masa depan dan semua itu dimulai dari hari ini.
Berorganisasi baik internal dan
eksternal mejadikan kawan-kawan sebagai aktivis mahasiswa. Bukan berarti
aktivis hanya sibuk diluar kampus, tetapi mampu kritis didalam kelas. Ilmu yang
kawan-kawan peroleh diorganisasi sangat membantu bagi kawan-kawan saat didalam
kelas. Untuk itu aktivis mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dan progresif
serta lebih revolusioner dalam melihat sesuatu.
Organisasi sangat membantu dalam
penyelesaian kuliah justru tidak menghambat sama sekali. Berbekal ilmu,
pengalaman dan jaringan hal tersebut benar-benar menjadi jembatan bagi
kawan-kawan dalam penyelesaian kuliah.
KEREN NGAK SIH JADI AKTIVIS MAHASISWA?
Menjadi
aktivis mahasiswa dikampus sama seperti menjadi artis dikampus. Kurang lebih
seperti itu. Selain dikenal oleh banyak mahasiswa dalam maupun luar kampus. Belum
lagi pertemuan-pertemuan regional dan nasional yang sering sekali diadakan oleh
organisasi internal maupun eksternal memperbanyak teman diseluruh Indonesia. Tentunya
hal ini tidak ada ruginya sama sekali, dalam kalkulasi kewirausahaan,
pertemanan adalah salah satu strategi untuk membesarkan usaha. Hal ini sangat
membantu bagi kawan-kawan yang mempunyai prospek menjadi pengusaha. Menjadi aktivis
mahasiswa membuat kita aktif dan tanggap mengenai isu-isu yang hangat baik isu
kedaerahan maupun kancah nasional untuk dikaji dan dikupas tuntas. Tentunya kawan-kawan
tidak ketinggalan jaman mengenai tren baru untuk selalu menjadi asupan dan
bekal untuk kawan-kawan beradaptasi. Selain memiliki kedekatan secara birokrasi
dengan petinggi kampus kawan-kawann juga akan sering berdiskusi dengan
organisasi eksternal maupun organisasi-organisasi lainnya. Hal tersebut akan
semakin menambah wawasan kawan-kawan.
BERORGANIASI MEMBUAT LEBIH DEKAT DENGAN
MASYARAKAT?
Selama berorganisasi kawan-kawan akan
menyentuh lapisan masyarakat hingga paling bawah. Bukan hanya sibuk memperkaya
diri sendiri lebih dari pada itu ilmu yang kawan-kawan emban sangat perlu untuk
disalurkan agar dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Tugas mahasiswa, membuat lebih berani,
mencoba berpetualang dan berhadapan dengan kenyataan sepahit apapun. Bukan sekedar
gelar yang mengakhiri, melainkan perubahan. Maka kuliah sebaiknya menyalakan
petualangan. Terlebih, kuliah dalam suasana dimana krisis sosial meledak
dimana-mana. Karena waktu lebih baik digunakan untuk memikirkan tentang
penderitaan orang lain ketimbang kesulitan sendiri.
JADI SUDAH SIAPKAH MENJADI MAHASISWA
YANG AKTIF BUKAN PASIF?
Selamat datang mahasiswa baru
dikehidupan kampus. Selamat menikmati dan berproses. Kehidupan baru dimulai. Membaik
atau memburuk adalah pilihan yang harus ditentukan sejak dini.
Ig: erafasira
Email: eyrahwelsh@gmail.com
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan saran & kritik anda :)