Ya Allah, Ampuni Surat CintaKu

Kepada
akhi
seorang yang belum halal bagiku.
Assalamu'alaikum warahmatullah wa barakatuh.
kepadamu ku berikan seuntai lembaran surat, kuucapkan salam terindah untuk mu duhai akhi yang lembut hatinnya. salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. salam yang harumnya melebihi kesturi, bahkan sejuknya melebihi embun pagi. salam suci sesuci air telaga kautsar ketika direguk akan menghilangkan dahaga. kukirimkan salam terindah, kasih dan cinta yang tiada pudar dalam segala musim.
wahai akhi yang pendamping seorang fatimah
entah bagaimana kulukiskan keluh kesah yang sesak kian meradang didalam dada. ketika allah meridhai mu untuk membaca seuntai kertas yang ternodakan oleh tinta yang berisikan deraian air mata, maka anggaplah aku ada dihadapan mu sedang menundukkan kepala sebagai bentuk rasa terima kasih ku pada mu yang tiada tarannya.
wahai orang yang halal bagi fatimah
sejak aku didalam kegelapan dan didasar jurang yang curam serta merasa sendirian ditengah keramaian merasa sendiri kecuali allah didalam dada, kaulah orang yang mampu datang memberikan rasa simpatimu dan kasih syangmu selembut hatimu. aku tau kaulah orang yang mengulurkan tangan mu ketika orang-orang disekitar ku nyaris hilang kepekaannya.
wahai orang yang diselipkan namanya dalam doa fatimah
ketika aku menjadi gelandangan yang tidak memiliki sandaran, serta tempat ku berteduh. Aku berteriak didalam hati yang kian pilu bahkan aku nyaris putus asa. aku ingin mengetuk pintu neraka dan menjual segala kehormatan diriku karena aku tiada kuat lagi menahan derita. bahkan ketika setan nyaris membalik keteguhan istiqomahku. datanglah ali bin abi thalib yang mampu menghiburku dengan segala kelembutan hatinnya dan senyuman indahnnya. ia datang bagaikan malaykat jibril yg menurunkan hujan pada ladang ladang yang sedang sekarat menanti kematian.
wahai orang yang dicintai dalam diam oleh fatimah
aku telah berusaha membuang rasa cintaku padamu jauh-jauh,
tapi kini semua akan dirasa percuma. semestinnya sejak semula aku bersikap tegas, mencintaimu dan berterus terang lalu memilih jalan yang halal atau tidak sama sekali. bahkan kebodohan ku membuat aku menjalani sepenuhnya didalam diam, memeramnya dalam diri hingga cinta itu mendarah daging tanpa aku berani tuk berterus terang. dan ketika kau tahu semuannya kurasa telah sia-sia.
wahai seorang yang mampu menghapus air mata fatimah
kini aku tak lain didalam jurang penderitaan paling dasar, yang terikat lehernnya bahkan jika tidak menemukan titik terang maka akan menderita lebih berat lagi. karna kini rasa itu sangat sulit untuk dibuang begitu saja. membuangnnya sama saja menarik seluruh jaringan sel dalam tubuh. ia akan binasah. apakah tidak ada lagi jalan untuk mendapatkan kunci untuk melepaskan tali yang kian mencekik. keluar dari keperihan dan kepiluan hati.
Wahai makhluk yang dianugrahkan sang pencipta
Salahkah aku harus memberontak akan perasaan ku, bagaimana bisa aku mempertahankan cinta yang dibangun dibawah terang cahaya. Jika saja cahaya itu tak menyinari, aku hanya melihat kegelapan tak kulihat adanya cahaya. Aku marah akan perasaan yang kian membakar, kian menyesakkan dada. Ketika ku poles dengan indahnya ikhlas akan terobati dengan itu tapi tidak menutup akan perasaan yang kian menumbuh. Bagaimana bisa aku berlari keluar dari lingkaran keteguhanku, bahkan aku hanya dapat menanti, melewati doa kuselipkan nama mu, hanya dengan sujudku ku obati kerinduan ku. Duhai akhi yang selalu menguggah jiwa selamatkan cinta suci ini jangan kotori dengan tangan manusia. Datang dan bawalah wadah untuk menyelamatkannya. Wahai akhi dengarkan lah rintihan keperihan yang kian menyiksa.
wahai seorang yang selalu dirindukan untuk pulang dalam dekapan fatimah
aku hanya bagaikan lumpur hitam yang kian mendebu yang hanya menempel. bahkan siapa sudi memandangnya? tanpa uluran tangan allah aku adalah lumpur hitam yang malang tetapi tuhan telah mengucapkan kun! lumpur hitam pun dijelma menjadi makhluk yang dianugrahi kenikmatan cinta yang membuncah buncah dan rindu yang berdebam debam.
fa bi ayyi alaai rabbikuma tukadziban! maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
bahkan aku tak bisa mengelak anugrah cinta dan kasih yang diberikan kepada ku. tetapi kearah mana sebuah cinta yang sakral adanya ku bawa? aku seperti berjalan dititian kodrat (apa yang harus kita katakan) jika berharap Dia menentukan.
Wahai seorang yang dapat menseka tetesan keringat dari fatimah
sebenarnya aku tiada merasa pantas menuliskan noda yang tertera dalam kertas ini. Tapi apa daya rasa cinta ku pada mu yang tiap detik kian membesar didalam dada terus memaksa membuatku tiada mampu menahannya. Yang kini menderu didalam dada dan jiwa. Aku merasa tiada arti mencintaimu tapi apa yang bisa aku lakukan oleh makhluk dhaif seperti diriku bahkan aku sudah lama menanggung nestapa. Hatiku yang kian kelam oleh penderitaan, kulihat engkau yang hadir dengan seberkas cahaya kasih sayang. Bahkan aku takut menganggu dirimu dengan kenistaan kata-kataku yang tertera dalam lembaran kertas ini. Bahkan jika bernuansa dosa semoga allah sudi mengampuniku.
Duhai akhi semakin hari aku merasa semakin khawatir akan perasaan ini diselimuti oleh kenistaan setan. Tak lain cinta ini ingin aku selamatkan dengan aku serahkan kepada DIA sang pemilik hati yang mampu menjagannya. Sungguh maaf aku sampai hati menuliskan surat ini, jika masih ada kesempatan mohon bukakanlah untuk ku agar aku dapat sedikit menghirup manisnya udara saat berada disamping mu. Aku adalah perempuan yang tetap memegang keistiqomahan ku dalam kondisi apapun dengan itu aku tak ingin melanggar syariat yang ada, tapi aku ingin hak ku untuk dapat seiring dengan syariat.
Semoga allah mengampuni diriku
Maafkan atas kelancangan ku
Wassalamu'alaikum.
Yang dirundung nestapa

Komentar

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan saran & kritik anda :)

Postingan Populer